Lib[lo]ve part 4 - ending

Chapter 4            The Sweet Beginning

                Pagi cerah menyambut musim panas tahun ini, matahari bersinar begitu teriknya, menyebarkan hawa panas yang menyesakkan.
“Pagi, semuanya!” sapa Tizza ceria
“pagi” sahut Cha-cha yang sedang melahap sandwich sebagai sarapan
“pagi, sayang…” ucap Shun seraya mengelus kepala kekasihnya itu
“lho, Jui? Kau sakit?” Tizza heran melihat Jui yang diam sedari tadi hanya menyeruput teh dingin
Tanpa sadar, Cha-cha yang duduk di sebelahnya langsung berdiri dan memegang kening Jui
“kau demam” raut khawatir jelas tergambar di wajah gadis itu
“aku tidak apa-apa. Jangan khawatirkan aku” Jui tersenyum tapi lebih terlihat seperti sedang berusaha menahan sakit
“ayo, aku antar ke kamarmu. Kau harus istirahat, Ju!” Cha-cha memegang tangan Jui dan langsung membawanya untuk beristirahat 
Tizza dan Shun hanya saling berpandangan, bingung dengan kejadian yang berlalu begitu cepat di mata mereka. Tiba-tiba saja kedua sahabat mereka menghilang dari pandangan padahal rencananya hari ini mereka akan berlayar ke pulau seberang. Terpaksa, hanya Tizza dan Shun yang pergi.

Sementara itu di kamar, Jui berbaring dengan kompresan di keningnya. Cha-cha tidak beranjak sedikit pun dari sisi pria itu setelah memberikan obat penurun panas. Mata Jui terpejam menandakan ia telah tertidur. Cha-cha memandangi wajah Jui dengan tatapan sedih, lalu ia menggenggam sebelah tangan Jui dengan kedua tangannya dan mengecupnya.
“cepatlah sembuh, Ju” Cha-cha mengelus rambut Jui, namun Jui tetap bergeming, tertidur lelap.
Siang berlalu begitu saja, perlahan Jui membuka matanya dan menemukan Cha-cha dengan mata terpejam sedang mendengarkan lagu lewat ponselnya dengan volume kecil namun masih bisa Jui dengar. Lagu itu lagu yang Jui kenal juga, berjudul Lib[lo]ve. Jui turun dari ranjangnya tanpa suara dan duduk di samping Cha-cha. Gadis itu kaget ketika melihat Jui tapi Jui tersenyum.
“sudah baikan?” Cha-cha sekali lagi memegang kening Jui, panasnya sudah turun
“syukurlah, obatnya bekerja dengan baik” senyuman lega terulas di bibir Cha-cha
“kau mau menemaniku jalan-jalan? Rasanya bosan diam terus di kamar hotel seperti ini” ajak Jui seraya bangkit berdiri lalu mengulurkan tangan pada Cha-cha
Wajah Cha-cha memerah tapi ia tidak menolak tangan yang lembut itu, dalam genggaman tangan hangat Jui, Cha-cha melangkah tepat di sampingnya.

Tak lama kemudian, mereka sampai di tebing tak jauh dari hotel. Tebing itu memang agak sedikit tinggi tapi pemandangan dari tempat itu sungguh sangat menakjubkan. Matahari sore bersinar kemerahan, cantik sekali.
“kau suka mendengarkan lagu Lib[lo]ve, Cha?” tanya Jui dengan tangannya yang masih menggenggam tangan Cha-cha
“un” jawab Cha-cha singkat, matanya lurus memandang senja yang mulai naik
Kini Jui menggenggam kedua tangan Cha-cha, matanya menatap lekat-lekat ke mata gadis itu
“aku ingin mengatakan sesuatu… mungkin aku sangat terlambat menyadarinya tapi sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan…” Jui menarik napas dan mengutarakan isi hatinya
“aku menyukaimu, Cha. Bukan sebagai sahabat tapi sebagai seorang laki-laki. Aku….. berharap kau mau selalu ada di sampingku” Jui tersenyum, meski hari beranjak malam, rona kemerahan di wajah keduanya tidak bisa disembunyikan
“aku akan selalu ada di sisimu, selalu” air mata menggenang di pelupuk matanya, tersenyum Cha-cha memeluk Jui

Di tengah kebahagiaan yang baru saja menghampiri, tiba-tiba Kazuki muncul menampakkan wajahnya yang tersenyum mengejek
“oh, baiklah! Jadi sekarang semuanya jelas… kau masih lebih memilih Jui daripada aku, begitu, Cha!?” kemarahan tampak jelas di matanya yang memandang lurus ke mata gadis yang sekarang berdiri di belakang Jui
“wow, aku terkejut!! Aku tidak menyangka kau mau melindunginya?! Kukira selama ini kau hanya menganggap Cha-cha sebagai SAHABAT, tidak lebih dari itu” senyum mengejek terulas di bibir dengan 3 piercing itu
“kemarilah, Cha… aku janji tidak akan menyakitimu. Kemari, kucing manisku…” Kazuki berjalan mendekat tetapi Jui masih melindungi Cha-cha dengan merentangkan tangannya
“berhenti! Sudah cukup kau mengganggunya!” Jui hendak maju untuk membawa Kazuki menjauh dari Cha-cha tapi sesuatu terjadi di luar dugaan.
“minggir kau!!” Kazuki mendorong Jui ke tepi tebing

Tanpa disangka, tepi tebing itu ditumbuhi sejumlah lumut yang membuatnya licin. Dalam hitungan detik, Jui tergelincir dan terlempar menuju laut di bawahnya. Emosi Cha-cha meledak dan ia menampar Kazuki dengan sangat keras tepat di pipi kanannya
“KAU…!!!! JANGAN PERNAH KAU MUNCUL DI HADAPANKU LAGI!!” bentak Cha-cha dengan mata berlinang air mata

Hitungan berikutnya, Cha-cha menyusul Jui dengan melompat dari tebing yang sama. Di kedalaman laut yang tengah pasang tersebut, sulit baginya mencari sosok Jui. Biarpun Cha-cha bukan seorang perenang yang handal tapi ia ingat bahwa Jui baru saja sembuh dari demamnya bukan berarti ia sudah benar-benar sehat. Cha-cha terus berenang tetapi tenaganya dengan cepat terkuras habis. Akhirnya karena tak kunjung menemukan Jui, Cha-cha hanya berserah dan berhenti bergerak, ia membiarkan dirinya tenggelam menuju dasar laut yang gelap.
Dalam air yang dingin, tiba-tiba sebuah kehangatan menyelimuti dirinya. Perlahan, Cha-cha mulai bisa menghirup udara segar daratan lagi.
“Ju… i…” hanya nama itu yang keluar dari mulutnya seketika ia membuka matanya dan menemukan wajah Jui disana
“kau tidak apa-apa, Cha?” Jui terlihat begitu cemas
“aku baik-baik saja” Cha-cha berhasil duduk dengan tenaga yang masih tersisa namun ia melihat ada yang salah dengan Jui
“kau terluka!?” sebuah luka yang masih berdarah terlihat jelas di pundak Jui
Jui meringis kesakitan ketika Cha-cha memeriksa lukanya
“mungkin tadi aku tergores karang. Sudahlah, aku tidak apa-apa. Jangan cemaskan aku” Jui tersenyum tapi lukanya terasa makin menjadi
“tutup matamu dan jangan bergerak!” pinta Cha-cha yang langsung dipatuhi Jui tanpa perlawanan 
Cha-cha merobek setengah dari pakaiannya dan langsung diikatkan ke pundak Jui untuk menghentikan pendarahan
“Cha!” Jui terkejut ketika melihat gadis itu dengan pakaian yang nyaris minim, berusaha memberikan pertolongan pertama pada luka Jui
“aku tahu apa yang akan kau katakan, tapi tunggu saja sampai kita kembali ke hotel, ok?” Cha-cha sibuk mengikatkan kain sobekan dari bajunya ke pundak Jui. Pria itu meringis tetapi berusaha untuk menahan sakitnya

Tak lama kemudian, derap langkah kaki terdengar dari kejauhan. Seorang nenek muncul dari dinding gua yang ternyata ada sebuah tangga yang menuju atas tebing.
“apa yang kalian lakukan disini, anak muda?” tanya nenek tersebut sambil mengernyitkan dahi melihat Cha-cha dengan pakaian yang tinggal setengah dan Jui yang hanya memakai celana pendek
“aa… ini tidak yang seperti nenek pikirkan. Kami… kami tadi terjatuh dari atas tebing dan pacarku terluka. Kami sungguh tidak tahu kalau ada tangga di dinding gua ini” Cha-cha membantu Jui untuk berdiri seraya menjelaskan peristiwa sebenarnya pada nenek yang tidak mereka kenal ini
“oh, nenek kira kalian berbuat macam-macam. Banyak anak muda jaman sekarang yang melakukan perbuatan di luar batas, untung saja kalian tidak sama dengan mereka-mereka…” si nenek menggeleng-gelengkan kepalanya
“ayo… ikut aku. Kita bawa dia ke klinik di dekat sini!” nenek mengarahkan lenteranya ke tangga batu dan menuntun Cha-cha juga Jui untuk diobati

Ketika mereka di klinik, Shun dan Tizza datang dengan tergesa-gesa
“Cha! Jui!” Tizza terlihat sangat cemas
“kalian tidak apa-apa?” ucap Shun yang juga terlihat khawatir akan keadaan kedua temannya
“aku tidak apa-apa, tapi Jui terluka”
“tidak, aku baik-baik saja. Jangan khawatir…” Jui melambaikan tangannya yang sehat sambil tersenyum
“syukurlah… kami benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi pada kalian” Tizza merebahkan dirinya di kursi terdekat, lelah karena telah berlari cukup jauh
“lalu, siapa yang memberitahu kalian kalau aku dan Jui ada di klinik ini?” Cha-cha bertanya-tanya, begitu pula Jui
“Kazuki” jawab Shun yang sekarang ikut duduk di sebelah Tizza
“Ka…zuki!?!” Cha-cha terlihat kaget sekaligus heran
“dia menceritakan semuanya padaku dan Tizza. Ia merasa sangat menyesal karena telah mencelakai kalian berdua. Ia meminta tolong padaku untuk memberikan ini padamu” Shun memberikan secarik kertas dan sebuah gelang yang terbuat dari kerang berwarna-warni

“maafkan aku, Cha. aku tidak bermaksud menyakiti kau dan Jui. Aku hanya ingin kau tahu kalau aku benar-benar menyukaimu. Musim panas tahun lalu tanggal 7 Juli, aku melihatmu sedang menyiram taman bunga di halaman sekolah. Kupikir cukup aneh melihat seorang gadis melakukan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dilakukan, bukankah ada tukang kebun sekolah yang merawat taman itu? tapi kau terlihat begitu berbeda, wajahmu menunjukkan kegembiraan saat melihat bunga Hydrangea yang kau rawat berkilau kebiruan. Hari itulah saat dimana aku menemukan satu tujuan dalam hidupku yang terasa membosankan ini. Tapi aku menemukan kenyataan ketika aku mencari tahu tentang dirimu… kau hanya memandang Jui dan tidak ada seseorang yang lain yang mampu mengalihkan matamu darinya. Aku tidak mau menyerah begitu saja, tapi pada akhirnya keegoisanku malah membuatmu celaka. Maafkan aku, Cha… sungguh, aku tidak bermaksud untuk menyakitmu. Ini adalah gelang yang ingin aku hadiahkan untukmu. Aku berharap kau mau memakai ini sebagai permintaan terakhirku dan aku tidak akan muncul di hadapanmu lagi. Untuk hari-hari yang telah aku lalui bersama denganmu di ujung sana, terima kasih.”

Cha-cha menangis membaca surat Kazuki, di tangannya tergenggam gelang yang dihadiahkan padanya.
“kau tahu dimana dia?” Shun mengerjap kebingungan saat Cha-cha bertanya padanya
“mungkin dia masih ada di sekitar sini. Waktu aku dan Tizza kemari, Kazuki ikut bersama kami tapi ia tidak mau masuk ke dalam klinik”
“bolehkah aku?” pertanyaan singkat itu dilontarkan kepada Jui
“ya. Temuilah dia…” Jui mengangguk sambil membelai rambut Cha-cha
“terima kasih, Ju” Cha-cha bergegas berlari ke luar dan mencari sosok Jui di tengah keremangan lampu jalanan yang sepi

Tidak perlu usaha keras, di seberang jalan duduklah Kazuki di pinggiran taman. Cha-cha menghampiri Kazuki dan pria itu terkejut saat melihat gadis yang masih disukainya berdiri tepat di hadapannya
“Cha-cha…” Kazuki bangkit berdiri tetapi tidak berani memeluknya walaupun ia ingin sekali
“…maafkan aku” ucap Kazuki tulus
“maafkan aku” kata-kata yang terlontar dari mulut Cha-cha membuat Kazuki terperangah
“aku sudah mengatakan hal yang tak pantas untuk dikatakan. Jangan menghilang dari hadapanku, Kazuki. Walaupun aku tidak bisa menyukaimu sebagai seorang kekasih, tapi aku bisa menyukaimu sebagai seorang sahabat. Kau orang yang baik, aku tahu itu” Cha-cha tersenyum dengan air mata yang mengalir di pipinya
“jadi, kau sudah memaafkanku?” Kazuki tersenyum begitu lega, matanya berkaca-kaca
“ya” balas Cha-cha juga dengan senyuman
“terima kasih”

Sejak liburan musim panas tahun itu, Kazuki tidak lagi berusaha untuk merebut Cha-cha dari Jui tetapi ia menjadi sahabat Cha-cha selain Tizza dan Shun. Kazuki yang sekarang telah berubah menjadi sesosok pria yang tidak lagi egois dan Shun berpendapat bahwa inilah Kazuki yang ia kenal, orang yang pernah dan selalu menjadi sahabatnya.
Jui dan Cha-cha banyak menghabiskan waktu berdua tetapi tidak jarang mereka bersama-sama dengan Shun dan Tizza melakukan double-date.
“tutup matamu” ucap Jui pada Cha-cha saat sedang berada di puncak bianglala Tokyo Disneyland. Pemandangan senja sangat mendukung momen tersebut
“nah, sekarang kau boleh membukanya” perlahan Cha-cha membuka matanya dan melihat sebuah kalung bergambar hati tergantung di lehernya
“ini bukti bahwa hatimu adalah milikku, dan hatiku selalu menjadi milikmu” Jui tersenyum manis
“Jui” kecupan hangat mendarat di bibir Cha-cha, masih tersenyum kecil, Jui memeluk erat kekasihnya
you’ll always be mine
終り



では (・ω・)/

2 comments:

ティッザ said...

YEEEYY!!! TAMAAAAAAAAAAAAAAAAAATT!!!! HEPI ENDIIIING!!!!! *keprok2*

...bikin lagi, Cha~ *d lempar teplon*

Sayang y, ga d critain...Za ma Shun chayang NGAPAIN AJAH d pulau sberang... *senyamsenyum mesum*

Banyak anak muda jaman sekarang yang melakukan perbuatan di luar batas, untung saja kalian tidak sama dengan MEREKA-MEREKA ----> Tizza dan Shun xDDD

*Shun: Amit2 kalo ma elu, mah.... ="=*

chiyo_90 said...

selamat, Zzaa.. anda sukses membuat saya tertawa tengah malem~ *dlempar bantal ama si mama*

lah, itu tau.. ga usah diceritain,, bayangin aja sekalian, biar imajinasimu yg jalan, Za. baek kan cha2? *goyang2 duyu* XD

ahahahhaa itu kata ema2 diulang mulu.. seneng ya? ahahha

Post a Comment